SEJARAH LAHIRNYA KEPEMIMPINAN DAN
ILMU KEPEMIMPINAN
oleh :
MESA LINGGI R
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam berkelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang
teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia. Untuk
mewujudkan nya dibutuhkan sosok seorang panutan yang dapat di andalkan.Sosok
itu dapat disebut dengan pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok& lingkungan dengan baik.
Kepemimpinan
merupakan hasil dari organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil
dinamika dari interaksi sosial. Selama bebebarapa dekade, kepemimpinan telah
dipelajari secara ekstensif dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa
kasus, kepemimpinan telah digambarkan sebagai sebuah proses, namun sebagian
besar teori dan penelitian tentang melihat kepemimpinan pada seseorang untuk
mendapatkan pemahaman (Bernard, 1926, Blake, Shepard dan Mouton, 1964; Drath
dan Palus, 1994; Fiedler, 1967; dan Rumah dan Mitchell, 1974). Jika dilihat
dalam perspektif sejarah kepemimpinan dari sudut pandang seni, dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan adalah seni yang usianya setua usia manusia di bumi, yang
telah dipraktekkan dalam sepanjang sejarah manusia. Sejarah teori kepemimpinan
dan penelitian. Dalam sebuah tinjauan komprehensif teori kepemimpinan
(Stogdill, 1974), beberapa kategori yang berbeda telah diidentifikasi yang
menangkap esensi studi kepemimpinan dalam abad kedua puluh. Kecenderungan pertama
berurusan dengan atribut pemimpin besar.
- Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah lahirnya kepemimpinan
dan ilmu kepemimpinan?
- Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami
sejarah lahirnya kepemipinan dan ilmu kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk
bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh pimpinan mereka. Kepemimpinan dapat juga
di artikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Menurut Sindang P.Siagian (2003) kepemimpinan merupakan
motor atau daya penggerak dari semua sumber-sumber bagi suatu organisasi.
Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara
mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Tugas kepemimpinan, meliputi dua bidang utama, pekerjaan yang harus
diselesaikan dan kekompakan orang yang dipimpinannya. Tugas yang berhubungan
dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan
perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompokm mencapai
tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok dibutuhkan agar
hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu lancar dan enak
jalannya.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting didalam mempelajari dan
mempraktekkan manajemen. Studi tentang kepemimpinan ini sejak dulu telah banyak
menarik perhatian para ahli. Sepanjang sejarah dikenal adanya kepemimpinan yang
berhasil dan tidak berhasil selain itu kepemimpinan banyak mempengaruhi cara
kerja dan prilaku banyak orang. Sebagian sebabnya sudah ada yang diketahui,
sebagian belum terungkap. Oleh karena itu kepemimpinan banyak menarik perhatian
para ahli untuk mempelajari. Di Amerika Serikat terdapat banyak serangkaian
penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik sampai yang modern. Pada
makalah ini akan diuraikan kembali tentang studi klasik dari kepemimpinan
tersebut, dalam hal ini kami memfokuskan kajian tentang studi kepemimpinan
Universitas Michigan.
Menurut George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17) kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Oleh G.L.Feman&
E.K.aylor (1950), Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan
kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan efektifitas maksimum dan
kerjasama dari tiap-tiap individu. Kepemimpinan seorang seni
mendorong/mempengaruhi orang-orang lain untuk mengerjakan apa yang dikehendaki
seseorang pemimpin untuk dikerjakannya (C.M.
Bundel).
Pengertian
kepemimpinan menurut Wahjosumidjo adalah suatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality),
kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability), kepemimpinan sebagai
rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan
adalah proses antarhubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut dan
situasi.
- Sejarah Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil dari
organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika dari
interaksi sosial. Selama bebebarapa dekade, kepemimpinan telah dipelajari
secara ekstensif dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa
kasus, kepemimpinan telah digambarkan sebagai sebuah proses, namun sebagian
besar teori dan penelitian tentang melihat kepemimpinan pada seseorang untuk
mendapatkan pemahaman (Bernard, 1926, Blake, Shepard dan Mouton, 1964; Drath
dan Palus, 1994; Fiedler, 1967; dan Rumah dan Mitchell, 1974). Jika dilihat
dalam perspektif sejarah kepemimpinan dari sudut pandang seni, dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan adalah seni yang usianya setua usia manusia di bumi, yang telah
dipraktekkan dalam sepanjang sejarah manusia. Sejarah teori kepemimpinan dan
penelitian. Dalam sebuah tinjauan komprehensif teori kepemimpinan (Stogdill,
1974), beberapa kategori yang berbeda telah diidentifikasi yang menangkap
esensi studi kepemimpinan dalam abad kedua puluh. Kecenderungan pertama
berurusan dengan atribut pemimpin besar.
Kepemimpinan dijelaskan oleh
kualitas internal dengan mana seseorang dilahirkan (Bernard, 1926). Pikiran
adalah bahwa jika ciri-ciri pemimpin dibedakan dari pengikut bisa
diidentifikasi, pemimpin yang sukses bisa segera dinilai dan dimasukkan ke
dalam posisi kepemimpinan. Kepribadian, fisik, dan karakteristik mental
diperiksa. Penelitian ini didasarkan pada gagasan bahwa pemimpin dilahirkan,
tidak dibuat, dan merupakan kunci keberhasilan itu hanya dalam mengidentifikasi
orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin besar. Meskipun banyak
penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi sifat, tidak ada jawaban yang jelas
ditemukan berkaitan dengan apa sifat-sifat konsisten dikaitkan dengan
kepemimpinan yang besar. Satu cacat dengan garis pemikiran ini dalam mengabaikan
faktor situasional dan lingkungan yang berperan dalam tingkat pemimpin
efektivitas. Kebenaran tentang kepemimpinan yang telah dipraktekkan dalam
sepanjang sejarah ini ditegaskan oleh Bernard M. Bass yang mengatakan, “The
study of leadership is an ancient art. Discussion of the subject will be found
in Plato, Caesar, and Plutarch, just to mention a few of classical era. The
Chinese classics are filled with hortatory advice to the county’s leaders. The
ancient Egyptians attributed three qualities of divinity to their king. They
said of him ‘authoritative utterness is in thy mouth, perception is in thy
heart, and thy tongue is the shrine of justice.’ The Egyptians demanded of
their leader qualities of authority, discrimination, and just behavior. Dari
penjelasan Bass di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan fakta, seni
kepemimpinan itu telah ada serta diterapkan secara umum, karena kepemimpinan
itu adalah seni yang bersifat universal.
Sebagai seni, kepemimpinan telah
dipraktekkan oleh penguasa-penguasa dunia zaman kuno seperti pada kerajaan
Mesopotamia, Persia, Mesir klasik di Timur Tengah; penguasa India,Tiongkok dan
Jepang klasik di Timur, dan penguasa Indian Inka di Amerika Latin, penguasa
zaman tengah Babylon (Mesopotamia), Persia, Yunani dan Romawi, penguasa zaman
masehi, di Eropa termasuk negara-negara baru seperti Perancis dan Jerman,
Ingris, dan sebagainya sampai kepada penguasa dari kerajaan-kerajaan tua di
Timur Jauh, serta kelompok masyarakat-budaya lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan pula bahwa sebagai seni,
kepemimpinan pun telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh dunia yang
besar dan terkenal yang berkiprah dalam segala bidang kehidupan, mulai dari
Hammurabi, raja Babylon yang sezaman dengan Abraham (Kejadian 14), para Firaun
Mesir,, sampai ahli seni perang klasik Sun Tzu dan filsuf Lao Tzu di Tiongkok,
serta filsuf klasik Yunani seperti Plato, Aristoteles dan Socrates, Sidharta
Gautama, termasuk Kaisar-kaisar Romawi terkenal, seperti raja Perancis
Charlemagne, para raja dalam dinasti-dinasti klasik Tiongkok, Inggris, dan
Jenghiz Khan, raja Mongol, penulis dan negarawan Italia, Niccolo Di Benardo
Macchiavelli, reformator Protestan Mathin Luther, dramator Inggris, William
Shakespeare, ahli pedang Jepang Miyamoto Musashi, Patih Gajamada, penguasa
kolonial Belanda, pelukis Raden Saleh, dan Soekarno, Presiden RI pertama, serta
banyak lagi. Para tokoh besar yang disinggung di atas ini telah membuktikan
diri sebagai manusia-manusia luar biasa yang menerapkan seni kepemimpinan dalam
karir mereka, namun, karya-karya besar mereka yang gemilang tidak dapat
diklasifikasikan secara penuh sebagai karya dasar bagi ilmu kepemimpinan.
Pernyataan di atas cukup menarik
untuk disimak, dalam upaya menempatkan kepemimpinan sebagai suatu ilmu pada
jalur sejarah yang pas. Untuk menempatkan kepemimpinan pada jalur ilmu, maka
langkah awal yang perlu dipastikan adalah lingkup dari kepemimpinan. Sebagai
suatu ilmu, bidang studi kepemimpinan memiliki tiga lingkup utama, yaitu: Pertama,
elemen dasar kepemimpinan yang meliputi pemimpin, orang yang dipimpin dan
situasi kepemimpinan. Kedua, doktrin dasar kepemimpinan yang meliputi
perlengkapan dasar kepemimpinan (perilaku pemimpin serta sumber-sumber) dan
nilai dasar kepemimpinan (nilai yang bersifat teologis dan filosofis). Ketiga,
pekerjaan atau tugas dasar kepemimpinan(yang meliputi: esensi, sifat, unsur
ekonomi dan lokasi kepemimpinan). Dalam kaitan dengan menempatkan kepemimpinan
dalam jalur ilmu yang disoroti dari lingkup bidang studi kepemimpinan seperti
yang disinggung di atas, maka tugas kedua ialah mengukur karya tulis para tokoh
sejarah tentang kepemimpinan.
Mengukur karya tulis para
pakar dan pemimpin sepanjang sejarah dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa
kebanyakan karya tulis mengetengahkan pemahaman tentang kepemimpinan secara
terbatas dengan menyinggung trait atau karakteristik-karakteristik serta
kecakapan dan nilai-nilai kepemimpinan saja. Satu-satunya tokoh sejarah yang
menuliskan tentang pemimpin sebagai elemen dasar utama dari kepemimpinan
melalui karya tulisnya, ialah Thomas Carlyle. Tulisan Carlyle yang berjudul “On
Hero and Hero Worship” dapat dianggap sebagai karya terbesar buku ilmiah
kepemimpinan yang pertama. Buku ini memberikan tempat yang luas bagi aspek-aspek
dan unsur-unsur kepemimpinan yang lengkap, yang membuktikan bahwa karya Karlyle
ini adalah tonggak sejarah bagi perkembangan ilmu kepemimpinan.
- Perjalanan Ilmu Kepemimpinan Melintasi Sejarah
Dalam sejarah di dunia Barat, diakui
bahwa istilah leader atau pemimpin itu telah ada dalam kamus berbahasa Inggris
sejak tahun 1300, tetapi penggunaan istilah kepemimpinan itu baru saja ada pada
pertengahan abad ke sembilanbelas. Dalam studi Timur klasik pun sudah ditemukan
adanya upaya penerapan seni kepemimpinan dalam peran pemimpin serta upaya
perkembangan pemimpin. Namun dapat dilihat adanya indikasi kecenderungan yang
sama yaitu belum adanya konsep baku tentang kepemimpinan yang dikembangkan
serta diterapkan secara ilmiah. Implikasi di atas ini cukup menarik untuk
disimak sebagai dasar untuk mengidentifikasi perkembangan sejarah kepemimpinan
sebagai suatu ilmu. Upaya mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan telah
dilakukan oleh, Profesor Dr.J.Robert Clinton dari Fuller Theological Seminary,
School of Inter-cultural Studies. Dalam hasil risetnya, Profesor Clinton
mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpiman dengan membuat klasifikasinya
kedalam beberapa era perkembangan. Klasifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan
dimaksud adalah sebagai berikut ini.
1.
Great Man
Era, yang meliputi tahun 1841-1904.
2.
Trait Era,
yang meliputi tahun 1904-1948.
3.
Behavior
Era, yang meliputi tahun 1948-1967.
4.
Contingency
Era, yang meliputi tahun 1967-1980.
5.
Complexity
Era, yang meliputi tahun 1980-1986, dst.
Mengomentari klasifikasi Clinton
ini, dapat dikatakan bahwa alasan utama untuk membuat penggolongan perkembangan
ilmu kepemimpinan seperti di atas ini dilakukan dengan menunjuk kepada trend
penelitian dan hasilnya yang dapat ditemukan dalam literatur-literatur
kepemimpinan yang dihasilkan oleh para pakar pada masing-masing era di atas.
Great Man Era menunjuk kepada inti
teori yang menegaskan bahwa pemimpin terlahir sebagai pemimpin dengan bawaan
lahir serta faktor keluarga dan lingkungan yang mendukungnya. Teori
kepemimpinan pada Trait Era menunjuk kepada faktor karakteristik, yang
menjelaskan bahwa pemimpin memiliki karakteristik khas, yang merupakan bawaan
lahir serta kepribadiannya. Teori kepeimpinan pada Behavior Era menunjuk kepada
kesadaran tentang adanya interaksi pengaruh antara pemimpin, bawahan dan
situasi. Faktor interaksi ini sangat ditentukan oleh pengaruh serta perilaku
pemimpin dalam kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam Contingancy Era mengakui
adanya pengaruh yang kontingen antara faktor kelahiran atau keluarga,
lingkungan pembesaran, karakteristik serta faktor pengaruh interaktif lainnya
yang mempengaruhi pemimpin dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada Complexity
Era mengakui pengaruh dari semua faktor yang disinggung di atas, dengan
kesadaran bahwa kepemipinan dapat dipelajari. Complexity Era menyadari dan
mengakui adanya perkembangan ilmu kepemimpinan yang terjadi dengan begitu pesat
terbukti mempengaruhi segala bidang hidup. Perkembangan dan pengaruh ini nampak
dalam indikator fenomenal pada masa kini, dimana pemimpin dan kepemimpinan
tidak sekedar diedintifikasi dengan sebutan tradisional seperti kepemimpinan
atau pemimpin visioner, kharismatik, reformatif, transformatif, futuristik, dan
sebagainya, tetapi juga disebut dengan kepemimpinan serta pemimpin pos-mo,
informatif, global, dan seterusnya, yang dipengaruhi berbagai faktor yang
kompleks.
D.
Sejarah Perkembangan Ilmu Kepemimpinan di Indonesia.
Dalam analisa yang bersifat umum,
sejarah kepemimpinan di Indonesia dapat dikategorikan dengan memperhatikan
beberapa fase perkembangan berikut;
Fase Pertama, Masa
Kolonial Belanda sampai 1953, yang dapat disebut fase mandor atau fase klerek.
Masa ini adalah sebagai “masa primadona administrasi” (administratie), dimana
administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini, penguasa kolonial
Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para pemimpin inlander hanya pada
level mandor, klerek, kopral atau sersan dan sebagainya yang menjelaskan bahwa
para pemimpin ini hanya sampai pada aras operasional. Pemimpin aras operasional
ini ini hanya berperan sebagai “middle administrator” atau “supervisor kerja”
saja bukanlah manajer atau top leader, karena top leader hanyalah kelompok
kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir untuk memimpin.
Fase Kedua, tahun 1953
sampai dengan 1970-1980. Dalam fase ini dapat disebut sebagai fase perkembangan
administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat populer di Indonesia,
yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan kesekretariatan.
Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memegang
peran utama untuk mengembangkan pemimpin untuk bidang pemerintahan. Masa ini
ditandai pula dengan munculnya ilmu manajemen di Indonesia, mulai dengan
manajemen klasik, manajemen berdasarkan sasaran, manajemen performansi tinggi,
manajemen perencaraan strategis, sampai dengan manajemen total kualitas. Pada
tataran ini para pemimpin Indonesia (setidak-tidaknya segelintir kelompok elit)
telah mahir menggunakan ilmu menajemen dimana mereka berperan besar sebagai
para entrepreneur (wirausahawan/wati) walau pun dalam jumlah yang terbatas.
Ilmu manajemen ini telah diterapkan dalam bidang militer, pemerintahan,
perbankan, bisnis, politik, pendidikan, dan sebagainya yang dilakukan secara
khas pula yang menandakan dipraktekkannya penggunaan majemen secara umum.
Fase Ketiga, tahun
1980-2000 sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase kepemimpinan baru
atau fase kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya upaya
mengembangkan ilmu yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human Resources
Management yang dibedakan dengan Personnel Management pada era sebelumnya).
Pada sisi lain, secara umum terlihat bahwa bidang studi kepemimpinan mulai
marak berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang tersebar dari bidang umum
sampai pada bidang-bidang khusus, seperti keagamaan (termasuk pendidikan
teologi), perusahan swasta, pendidikan umum, dan sebagainya. Perkembangan
selanjutnya terlihat pada adanya pendidikan serta pelatihan kepemimpinan
(formil, non-formil dan informil) yang marak dalam segala bidang kerja.Dan
lagi, kenyataan menunjuk kepada pemunculan begitu banyak pemimpin baru dalam
segala bidang kehidupan yang menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam era
baru, era global, dengan persaingan kepemimpinan yang cukup ketat yang terjadi
pada semua aras di tengah percaturan masyarakat yang super kompleks.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
kepemimpinan dan ilmu
kepemimpinan mulai memperoleh tempat serta perhatian luas dalam masyarakat dan
organisai, khususnya di negara Indonesia. Perkembangan ilmu kepemimpinan
ini terlihat dari adanya upaya penerapannya, baik dalam bidang pendidikan
kepemimpinan maupun dalam lingkup umum lainnya. Denagan menganalisis semua ini,
dapatlah diambil suatu kesimpulan pikiran bahwa sejarah kepemimpinan
secara umum dan khususnya di Indonesia sedang memasuki suatu era baru dengan
kemajemukan serta kompleksitas yang semakin meluas dan meninggi dalam dunia
yang mengglobal, yang turut menyodorkan peluang dan tantangan untuk maju.
Karena itu, adalah bijak untuk memperhitungkan pengembangan kepemimpinan dan
penerapannya dalam kinerja secara saintifik dan bertanggung jawab, guna
menjawab tantangan serta mengisi peluang yang terbuka di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar